Penggunaan truk sebagai moda utama angkutan barang memang sangat vital bagi ekonomi Indonesia. Namun sayangnya, truk juga sering menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang cukup serius. Data dan pengamatan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menunjukkan bahwa sejumlah faktor dari kendaraan, manusia, dan sistem operasional berkontribusi besar terhadap tingginya angka kecelakaan yang melibatkan truk.
Berdasarkan laporan MTI, sepanjang tahun 2023 tercatat sekitar 116.000 kasus kecelakaan lalu lintas secara nasional, atau naik sekitar 6,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari angka tersebut, kecelakaan terbanyak terjadi di Jawa Timur dengan sekitar 25.000 kasus atau 21,5 persen dari total nasional. Meskipun laporan MTI tidak memisahkan secara khusus jumlah kecelakaan truk, berbagai sumber menyebutkan bahwa angkutan barang termasuk truk menempati urutan kedua setelah sepeda motor sebagai moda yang paling sering terlibat kecelakaan.
Faktor utama penyebab kecelakaan truk cukup beragam. Salah satu yang paling dominan adalah praktik Over Dimension Over Loading atau ODOL. Truk yang membawa muatan berlebih atau dimensi melebihi aturan membuat beban kendaraan tidak seimbang, memperpanjang jarak pengereman, dan membuat kendali kendaraan lebih sulit. Selain itu, kondisi kendaraan yang tidak laik jalan seperti rem blong, ban aus, dan kerusakan pada sasis juga menjadi pemicu kecelakaan fatal. Banyak pengemudi kehilangan kendali karena truk tidak berada dalam kondisi teknis ideal.
Faktor manusia juga berperan besar. Pengemudi yang kelelahan, mengantuk, kurang terlatih, atau bekerja dalam tekanan operasional yang berat membuat risiko kecelakaan meningkat. MTI menilai bahwa faktor manusia masih menjadi elemen dominan dalam setiap analisis kecelakaan truk. Di sisi lain, manajemen logistik dan regulasi yang belum optimal turut memperburuk situasi. Pengawasan terhadap ODOL sering tidak konsisten dan sistem angkutan barang yang kompleks membuat pelanggaran terjadi tanpa kontrol memadai.
Dampak kecelakaan truk tidak hanya menelan korban jiwa dan luka tetapi juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan. Truk bermuatan berlebih dapat mempercepat kerusakan jalan sehingga membutuhkan biaya perbaikan besar dan mempengaruhi kelancaran distribusi barang. Situasi ini menurunkan kepercayaan publik terhadap keselamatan transportasi jalan dan menjadikan masalah kecelakaan truk sebagai persoalan sistemik yang perlu ditangani secara serius.
Untuk mengurangi risiko, berbagai rekomendasi dari MTI dan para pengamat perlu diterapkan. Pemeriksaan rutin dan uji kelayakan kendaraan harus diperketat agar hanya truk yang benar-benar laik jalan yang beroperasi. Penegakan aturan ODOL perlu dilakukan lebih konsisten melalui jembatan timbang dan pengawasan dimensi kendaraan. Selain itu, peningkatan kompetensi pengemudi melalui pelatihan berkala sangat penting untuk memastikan mereka memiliki keterampilan dan kesiapan fisik yang memadai. Sistem manajemen logistik juga perlu dibenahi agar armada beroperasi sesuai batas muatan, jam kerja pengemudi lebih manusiawi, dan rute perjalanan mempertimbangkan risiko jalan.
Kecelakaan truk merupakan persoalan yang tidak hanya bersifat teknis tetapi juga sistemik. Data MTI menunjukkan bahwa angkutan barang memiliki peran signifikan dalam kecelakaan nasional dan upaya perbaikan harus dilakukan secara menyeluruh. Dengan penegakan aturan yang lebih tegas, pemeriksaan teknis yang ketat, peningkatan kompetensi pengemudi, dan manajemen logistik yang lebih baik, truk dapat menjadi bagian dari sistem transportasi yang aman dan tidak lagi menjadi ancaman di jalan raya.