Mencampur bensin dengan oktan berbeda, misalnya Pertalite yang memiliki RON 90 dengan Pertamax Turbo yang memiliki RON 98, sering kali dianggap bisa memberikan performa tambahan karena oktan tinggi dipercaya lebih baik bagi mesin. Namun kenyataannya, mencampur dua bahan bakar dengan angka oktan yang berbeda tidak serta-merta membuat kualitasnya semakin bagus. Secara kimiawi, hasil pencampuran tersebut akan menghasilkan nilai oktan gabungan, biasanya mendekati rata-rata berbobot dari campuran yang digunakan. Dampak nyatanya bagi mesin sangat tergantung pada rasio campuran, spesifikasi mesin, kondisi sensor knock, hingga kualitas bahan bakar itu sendiri. Pada kendaraan dengan mesin berkompresi rendah hingga menengah, efek paling umum yang muncul adalah performa dan efisiensi yang tidak konsisten. Pada mesin berkompresi tinggi atau mesin dengan turbo, risiko knocking akan lebih terasa, begitu juga penurunan performa apabila angka oktan campuran turun di bawah rekomendasi pabrikan.
Angka oktan atau Research Octane Number (RON) sendiri adalah ukuran seberapa tahan bensin terhadap knocking, yaitu kondisi ketika pembakaran terjadi tidak terkendali sehingga menimbulkan getaran serta tekanan berlebih di ruang bakar. Semakin tinggi angka oktan, semakin baik pula ketahanan bensin terhadap knocking. Itulah sebabnya pabrikan kendaraan modern dengan teknologi mesin lebih canggih biasanya merekomendasikan bensin dengan RON tinggi. Di Indonesia, Pertalite memiliki RON 90, Pertamax RON 92, dan Pertamax Turbo RON 98. Pertamax Turbo sendiri memang ditujukan untuk mesin dengan teknologi maju dan kompresi tinggi, bahkan sudah dipasarkan dengan tambahan aditif khusus untuk meningkatkan kestabilan pembakaran.
Ketika Pertalite dicampur dengan Pertamax Turbo, hasil yang terjadi bukanlah mesin bekerja lebih baik, melainkan angka oktannya menjadi berada di antara keduanya. Misalnya jika campuran lebih banyak Pertalite, nilai RON yang dihasilkan bisa lebih mendekati 90 ketimbang 98, sehingga mesin berteknologi tinggi tidak bisa bekerja optimal. Dampaknya bisa berupa tenaga mesin yang terasa kurang bertenaga, konsumsi bahan bakar lebih boros, hingga suara ketukan halus yang muncul saat berakselerasi. Hal ini tentu berbeda dengan mesin berkompresi rendah, yang mungkin masih bisa menerima campuran tersebut tanpa gejala langsung, namun tetap saja performanya tidak akan sebaik jika menggunakan bahan bakar yang sesuai anjuran.
Selain itu, perbedaan komposisi aditif juga menjadi faktor penting. Pertamax Turbo sudah dilengkapi dengan teknologi aditif khusus yang membantu menjaga kebersihan ruang bakar dan meningkatkan efisiensi. Jika dicampur dengan Pertalite, maka konsentrasi aditif tersebut otomatis berkurang sehingga manfaatnya tidak maksimal lagi. Dalam jangka panjang, pencampuran semacam ini bisa mempercepat timbulnya kerak karbon di ruang bakar, menurunkan efisiensi sistem injeksi, dan berpotensi menimbulkan kerusakan komponen mesin yang sensitif. Perbedaan densitas serta kandungan kimiawi juga dapat memengaruhi kestabilan pembakaran, sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan perasaan mesin kasar saat digunakan.
Dari sisi ekonomi, sebagian pengendara mungkin menganggap mencampur Pertalite dan Pertamax Turbo bisa menghemat biaya karena harga Pertalite lebih murah. Namun jika dilihat dari sisi teknis, justru potensi pemborosan bisa lebih besar karena mesin tidak beroperasi pada kondisi yang ideal. Konsumsi bahan bakar berpotensi meningkat, akselerasi terasa lebih lambat, dan risiko knocking dapat membuat mesin membutuhkan perawatan lebih cepat. Artinya, keuntungan finansial yang didapat dari selisih harga bahan bakar bisa jadi tertutupi oleh kerugian jangka panjang akibat meningkatnya biaya perawatan.
Dalam konteks lingkungan, mencampur bahan bakar berbeda oktan juga tidak direkomendasikan. Mesin yang bekerja tidak pada kondisi optimal cenderung menghasilkan emisi lebih tinggi karena proses pembakaran tidak sempurna. Hal ini bisa meningkatkan kadar gas buang berbahaya seperti karbon monoksida (CO) maupun hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna. Di negara dengan regulasi ketat, efek ini bisa berakibat kendaraan tidak lolos uji emisi, meskipun di Indonesia hal ini belum sepenuhnya diterapkan secara menyeluruh.
Kesimpulannya, mencampur Pertalite dan Pertamax Turbo atau bensin dengan angka oktan berbeda lainnya bukanlah pilihan bijak. Mesin modern didesain dengan spesifikasi tertentu, dan pemilihan bahan bakar yang sesuai sangat berpengaruh terhadap performa, efisiensi, hingga umur pakai mesin. Jika kendaraan memang direkomendasikan menggunakan Pertamax Turbo, maka sebaiknya tetap menggunakan bahan bakar tersebut agar pembakaran optimal dan mesin lebih awet. Sebaliknya, jika mesin masih bisa beroperasi dengan Pertalite, maka tidak ada keuntungan nyata mencampurnya dengan bahan bakar oktan lebih tinggi. Pemilik kendaraan sebaiknya mengikuti rekomendasi pabrikan agar terhindar dari risiko kerusakan yang bisa merugikan dalam jangka panjang.
https://astraotoshop.com/article/dampak-buruk-campur-bensin
https://www.seva.id/blog/efek-mencampur-pertalite-dan-pertamax-apakah-aman-untuk-mesin-mobil-bu
https://cakramotor11.com/blog/apa-dampak-campur-bensin-beda-oktan
https://www.inilah.com/apakah-aman-pertalite-campur-pertamax
#KP #PastikanKP #KamotoParts #Sukucadang #Nyamanberkendara #Mobil #Truk #SparepartTruk #SparepartMobil #Bengkel #Sparepart #mekanik #MobilPerformance #TrukPower #MobilTrukParts #AutoParts #VehicleMaintenance #MaintenanceParts #ReliableParts #RoadWorthy #TrukLife #MobilAdventure #Otomotif #TipsOtomotif